Career Goal Setting

Career Goal Setting

“Pilihannya adalah: Menuliskan skenario hidupmu sendiri atau membiarkan orang lain menuliskannya untukmu, atau dengan kata lain menjalani hidup sesuai

Sekolah Mendengar
Alasan Pentingnya Mengenal Karakter Audiens
Personal Branding Bukan Sekedar Pencitraan

“Pilihannya adalah: Menuliskan skenario hidupmu sendiri atau membiarkan orang lain menuliskannya untukmu, atau dengan kata lain menjalani hidup sesuai dengan skenario orang lain!”

Saya akan membuka permenungan ini dengan sebuah cerita:

Ada seorang pemuda yang sejak kecil bercita-cita menjadi seorang seniman besar. Ia tertarik dengan segala hal yang berhubungan dengan seni, baik itu lukisan, pertunjukan teater, musik, bahkan seni wayang dan tari tradisional Jawa. Bakat musiknya begitu besar. Setiap kali mendengar lagu baru di radio, Ia bisa mengetahui kunci apa yang digunakan dan bisa memainkan lagu tersebut dengan baik.

Alat musik favoritnya adalah gitar, dan Ia mempelajari alat musik tersebut secara mandiri, hanya berbekal sebuah buku pelajaran gitar (itupun pinjaman dari seorang teman yang membelinya di toko buku bekas). Setiap hari Ia berlatih gitar, sampai akhirnya saat duduk di bangku SMA, Ia bergabung dengan sebuah band yang manggung dari kafe ke kafe. Skill gitarnya semakin terasah, petikan gitarnya berhasil menuai decak kagum dari banyak orang.

Waktu berlalu begitu cepat, tiba saat penentuan, Ia dihadapkan pada satu pertanyaan besar: “Jurusan apa yang harus aku pilih? Hati kecilnya mengatakan: “Aku harus masuk ke ISI Jogja, mendalami musik dengan lebih serius!”

Namun orang tuanya mengatakan: “Kamu harus jadi dokter! Nilai-nilai pelajaranmu bagus, kamu punya potensi untuk masuk ke Fakultas Kedokteran!” Palu sudah diketuk, suara dari kedua orang tua sudah bulat, waktu bermain sudah selesai. Dengan berat hati Ia memutuskan untuk masuk ke Fakultas Kedokteran.

Sekarang Ia sudah menjadi dokter, lulus dengan predikat memuaskan, bekerja di sebuah Rumah Sakit Swasta ternama, namun bahagiakah Ia dengan jalan hidup yang “dipilihnya”?

Seiring dengan berjalannya waktu, pemuda itu menyadari bahwa bukan jalan ini yang sebenarnya Ia inginkan. Pada awal masa tugasnya, sebagai seorang dokter baru, saat ada pasien datang ke tempat prakteknya, Ia biasanya berkata: “Wah maaf, dokternya sedang tidak di tempat, hari ini prakteknya tutup”, lalu setelah itu dengan santainya Ia kembali bermain gitar. Ia mendefinisikan dirinya sebagai seorang musisi yang kebetulan berprofesi sebagai dokter. Dan sebagian besar waktunya kembali Ia curahkan di dunia musik, meski tetap melanjutkan karya pelayanannya sebagai dokter.

Kembali pada pertanyaan, apakah pemuda ini bahagia? Jawabannya tentu tidak semudah mengatakan ya atau tidak, namun yang jelas, pemuda ini menemukan rasa bermakna (kebermaknaan hidup) saat Ia bermain musik, bukan saat Ia mengobati pasien.

Potongan kisah tersebut merupakan gambaran yang banyak terjadi. Bahkan lagu “Lentera Jiwa” karya Nugie mem-visualisasikan hal tersebut dengan sangat jelas. Poinnya adalah banyak orang (mungkin juga kita) yang tidak secara sadar menuliskan naskah hidupnya sendiri. Yang menjalani hidup berdasarkan skenario yang dituliskan orang lain.

Memang hidup tetap berjalan dengan baik, terkesan mudah bahkan (karena adanya dukungan sosial, biasanya dari orang-orang terdekat kita). Namun di satu titik, akan ada waktu dimana kita merenung, melihat ke belakang, dan menemukan banyak sekali kesempatan dan hal-hal menakjubkan yang dapat terjadi jika kita setia pada jalan yang sebenarnya kita inginkan.

Jalan tersebut mungkin berat, jarang dilalui, menanjak dan penuh dengan kerikil tajam. Namun kepuasan yang didapat saat sampai di tujuan berkali-kali lipat lebih dahsyat daripada jika kita melalui jalan yang dipilihkan orang lain.

Hidup memang penuh dengan ketidakpastian, namun seorang yang proaktif akan menyadari bahwa Ia memiliki kebebasan untuk memilih. Dan jika aku bebas untuk memilih, maka aku akan memilih menjalani hidup berdasarkan “lentera jiwa” atau “panggilan” ku. Karena disitulah aku akan menemukan kebermaknaan dalam hidup.

Sudahkah kita menjalani hidup berdasarkan skenario kita sendiri?

 

Penulis : Vincentius Wedha (Founder & Psikolog, ARETE Consultant)

COMMENTS

WORDPRESS: 0
DISQUS: 0
WhatsApp chat